Pencipta, Malaikat, dan Adam

Dia Pencipta, aku malaikat, dan itu Adam.

Dia Maha, aku pelayan, itu terlayan.

Dia Cahaya, aku pembawa, itu terterang.

Dia Sang Kasih, aku Sang Sayap… itu Si Debu.

 

Dia Pembuat, aku dibuat, itu dibuat.

Dia Sang Kata, aku dikata, itu dikata.

Dia Tertinggi, aku di sini, itu di sana.

 

Aku dan itu seperti tersama.

Tapi tahu terbaik, tiada.

 

Dia Roti, aku lapar, itu mendapat.

Dia Anggur, aku haus, itu mendapat.

Dia Kasih, aku ingin, itu tidak.

 

Mengapa Yang Suci merindukan yang nista?

Mengapa Sang Atas mengejar-ngejar yang sisa?

 

Apa istimewanya?

Kotor dari mula.

Kilas harap dan terang sungguh-sungguh hanya sekilas.

Dibuat dari bumi, putra putri kosong dengan segala isi dari-Nya.

Namun aku?

 

Sayap anugerah dan layang di sisi.

Tubuh tak berbatas yang kusangka adalah tubuh-Nya.

Terkagum s’lalu dalam setiap kepak.

Aku kira aku lah cermin-Nya.

 

Dan sepanjang zaman aku melihat.

Seumur waktu aku bersaksi.

Segala gerak semua gerik.

Segala diam semua bunyi.

Dari Takhta, dari Dia.

 

Namun sepanjang itu…

 

Ternyata aku tahu dan aku mengerti…

 

 

 

Dia tidak mengasihi aku.

 

 

 

Selalu, selalu, dan selalu.

Mata indah memburu tanah geliat.

Hati indah merana balas dari Adam-Adam yang itu.

 

 

 

Ya Tuhan, mengapa?

Mengapa pilih sakit demi jahanam?

Mengapa ingin nyeri demi penindas?

Cinta tak balas, kisah terburuk seada masa.

Namun Ia pun terus, Ia pun terus.

 

 

 

Hingga Roti dan Anggur Ia berikan.

Turun ke tanah menjadi serupa.

Korban hina Ia pun menyama.

Tercabik, tersobek, terhina!

YANG MAHA INDAH TERPANCANG PADA KAYU BUSUK BUATAN JAHAT!

 

 

 

Demi mereka…

 

Demi mereka…

 

 

 

 

Aku tak tahu apa harus kukata.

 

Aku cemburu, aku mengerti.

Namun aku berdamai sejak awal mula Ia di Eden.

Ia takkan mengasihi aku, tidak akan pernah.

Dan aku tak mau mengeluh atau pun jatuh.

Hanya satu kisah bisa kutulis dengan pena dan bulu putih malaikat.

 

Demi Dia yang kukasihi…

 

Aku akan mengasihi apa yang Ia kasihi…

 

 

 

 

Aku…

 

Mencoba…

Leave a comment