Garis

Apa arti onggok debu?

Apa arti tetes hidup?

 

 

Bukankah itu harta dipendam?

Emas Raja tiada bernilai!

 

Semua tualang, s’gala pencari, dan juga prajurit.

Satu diingin, tunggal dicari.

 

 

Jadilah petang jadilah pagi, si sulung hari.

Angin berhembus, gegas cepat bawa berita!

Arti kalian, adalah gembira!

 

Gembira? Benarkah?

Kalau begitu, liarlah!

Anggur warna hirupi!

Gegap warni resapi!

Pesta! Pesta! Pesta!

Lagu meluas, gerak melompat!

Lagi!

Lagi!

LAGI!!!

 

 

Tidak…

Tidak, Angin, tidak…

 

Harta itu makin tenggelam…

 

 

Jadilah petang jadilah pagi, mengikut hari.

Burung-burung, kendara sayap.

Datang kepak, mengada kabar!

Arti kalian, ialah suka!

 

Oh ya…?

Suka…?

Baiklah!

Kalau begitu, carilah!

Satu suara, dua membuat.

Kerjakan, kerjakan, kerjakan!

Inikah arti kami?

Kerjakan, kerjakan, kerjakan!

 

 

Tidak…

Para sayap keliru…

 

 

Lalu… Apa…?

 

 

Jadilah petang jadilah pagi, hari ketiga.

 

… Hening…

Dalam sunyi, Dia menggema…

“Aku.”

 

 

Apa?

 

 

“Akulah arti kalian.”

 

 

Engkau? Lalu…

Bagaimana?

Siapa Engkau?

Di mana Engkau?

Bisakah kami…

 

 

 

Ahh…

 

Ya…

 

Mengerti…

 

 

Bersama alir, terbawa hidup…

Membungkus hidup, adalah nafas!

 

Dan nafas itulah, arti Manusia!

Nafas itulah, Gambar Pencipta!

 

S’tiap kita karya Sang Nafas.

Jejak jari Yang Menjadi.

 

 

 

Mengapa kira arti ke sana?

Mengapa rusuh kita mencari?

 

Manusia untuk Manusia.

Garis abadi, tiada memudar.

 

Dalam tiap kita Daging, pasti ada Dia Yang Kuasa.

 

Manusia…

Dapati arti dari hubungan…

 

Garis atas bagi Pencipta…

Garis samping pada sesama…

 

Ayo! Gambarkanlah sekarang!

Gambarkan untuk sahabat!

Gambarkan untuk saudara!

 

Jangan takut!

Takkan kita beri sendiri!

 

Mereka pun gambar bagimu.

Pasti ada, sayang untukmu.

 

Garis.

 

Leave a comment