Para Murid Satu Guru

Hidup jauh mengandung tanya…

Jalan ujung lahirkan soal…

 

Apakah jawabnya…?

 

Adakah jawabnya…?

 

Atau kita onggok kering melintas waktu.

Hanyut pening alir di satu…?

 

Waktu…

 

Apa itu waktu?

Pertama kepada Satu.

 

 

 

Kekeh, tenanglah berkata.

Mudah, Anakku.
Waktu itu, adalah kamu.
Detik tak berarti, zaman pun tak berseri.
Tanpa kamu turut serta di dalamnya.
Waktu berarti, karena kamu.
Arti Waktu, adalah kamu.
Waktu, adalah kamu.

 

 

 

Guru, apakah baik itu?

 

 

 

Masih, lembut berujar.

Baik itu, bukanlah kita.
Apa pendapatmu tentang ini?
Apakah embik itu?
Apakah erang itu?

 

 

 

Diam, Kedua terdiam.

 

 

 

Embik adalah suara.
Milik satu, hanyalah satu.
Kambing mengembik, harimau tidak.
Tapi erang? Erang bagaimana?
Kambing mengerang, macan mengerang, kita pun mengerang.
Embik itu baik.
Erang juga baik.
Ada milik, beri satu sejak awal.
Namun juga banyak, semua bisa lakukannya.
Buatlah beda, buatlah sama.
Baik itu sendiri.
Baik itu menular.

 

 

 

Ketiga, tanya terakhir.

Guru, bagaimana agar aku bahagia?

 

 

 

Pandang, bahak sangat Sang Satu yang Bijak!

Tahan tawa, kekeh-kekeh ia jawab.

Anakku, bagaimana?
Hentikan pencarian.
Jadilah bahagia.

 

 

 

Menyusul, dua-dua bertanya.

Guru, apakah bahagia itu?

 

 

 

Sedak asal, raih air raih teguk.

Tenang, berucap.

Bahagia, adalah kita.
Bersama itu bahagia.
Sendiri juga bahagia.
Semuanya bahagia.
Karena kita sendiri, adalah bahagia.

 

 

 

Belum puas, Ketiga kembali utara.

Guru, apakah cinta itu?

 

 

 

Hentikan, elusi.

Senyum lamun, rasa sejuk.


Anakku…
Cinta itu…
Dia…

 

 

 


Dia…?

 

 

 

Angguk.

Ya.
Cinta itu Dia, Dia itu cinta.
Jangan tanya apa artinya, hanya diam dan tunggukan saja.
Cinta itu hidup.
Ia bergerak.
Dapat tumbuh, dan dapat lari.
Cinta itu nafas.
Tiada berayah, tiada beribu.
Terawal dari akhir, terakhir dari awal.

Cinta itu…
Dia…
Dan kalian semua…

Leave a comment