Nada dari Penjara

Namaku Nada.

Tak berayah, tak beribu. Tak bersilsilah.

 

Aku tertua.

Ada dari tiada, dan awal tiada akhir.

 

Aku di sana.

Ku lihat segalanya.

 

Kelahiran semesta.

Tangis pertama alam raya.

 

Warna pertama langit.

Getar pertama bumi.

Aku tahu, aku mengerti.

 

Tanpaku, tiada cerita.

Aku kesukaan-Nya.

Dibiarkan-Nya bebas lompati padang.

Deru, dirus, dan gemuruh adalah karyaku.

 

Sampai suatu ketika.

Ia mendiamkan aku…

 

Teriakku dibungkam…

Sorakanku tak didengar…

 

Anggun saja Ia abaikan.

 

Turun jauh kekelaman, menggoda hati ingin tahu.

 

Membungkuk, tepi alir.

Bernafas, berpikir.

 

Elus pelan, putusan ambil!

 

Ya… Ya ampun!

Bumi melonjak kejut merasa-Nya!

Sungai perciki tak kuasa!

“Apa yang Kau lakukan?!”

“Apa yang Kau lakukan?!”

 

Namun tenang, Ia memahat.

Mulia cahaya, bening menyayang.

 

Perlahan… Perlahan…

Suatu bentuk, suatu sosok.

Jadi, dari yang lalu.

Ada, dari yang bawah.

 

Puas hati, Ia mengangguk.

Lalu tanpa kusadar, berbalik berseru!

“Nada! Kemarilah!”

 

Gemetar salah dan menunduk rendah, aku bersimpuh.

Tak ingat hirau, ia bergurau.

“Maaf mendiamkanmu pagi tadi.”

 

A… Apa harus kujawab…?

 

Tiada tunggu, tenangkan bingung.

“Ini, Nada. Lihatlah.
Karya terbaik-Ku!
Cermin Diri-Ku!
Wakil ke-Mahaan-Ku!”

 

Mendongak, menatap.

Masih tak memaham.

 

Lebar riang di kanan ke kiri, terus.

“Karya ini, Nada… Takkan lengkap tanpamu.”

 

Sentak! Hentak!

Nganga tak percaya, apa baru kudengar?

I… Ia…

 

Masih lebar, belai.

“Bersama nafas-Ku, masuklah ke dalamnya.
Hidupkanlah ia.
Warnailah ia.
Bawalah keriangan, bawalah kesukaan.
Bagi-Ku, bagimu, baginya.”

 

Berkaca-kaca, buram cahaya dalam jiwa.

 

Lembut.

“Maukah engkau…?”

 

 

Haruskah jelaskan?

Adakah kata tidak?

Aku ciptaan, Dia Pencipta.

Tentu aku berkata “Ya!”

 

 

 

 

Milenia berlalu, zaman-zaman membusuk!

Apa-apaan ini!

APA-APAAN!!!

 

Hidup ku tumbuh dalamnya…

Bejana kotor yang begitu dimuliakan-Nya!

 

D… D…!

DAN APA YANG MEREKA LAKUKAN…?!

 

BUSUK! BUSUK! BUSUK!

KOTOR JIJIK HINA DAN LUMPUR!

 

Tak pernah aku semerana ini!

Dari gemilang hingga terakhir!

 

ADUH!

ADUH YA KHALIK!

BEBASKAN AKU DARI SINI!

PERBUDAKAN TIADA AKHIR!

PENGHINAAN TAK TERPERI!

 

Dipaksa bangun, cambuk makananku!

Dipaksa ada, rotan minumanku!

 

KHALIK!

AKU TERPENJARA!

 

OH… YA AMPUN, YA AMPUN!

LIHAT DAN HAKIMILAH, YA KHALIK!

BEJANA-BEJANA SIALAN INI!

 

Dibuat ‘tuk menyukakan, jadi untuk keriangan.

Betapa kuharap ia belajar!

Betapa kuharap ia mentaat!

 

Gunakan aku untuk memuji Dia!

Pakai aku untuk mengagumi!

Bukankah indah tiap hari untukmu?

 

Matahari di timur, bulan di barat.

Hangat memeluk, dingin merawat.

 

Semua karya untukmu!

Bebas kau makan sesuai kebutuhan hari dan hari!

 

OI DEBU!

MENGAPA KAU MENGELUH!

MEMILIH UNTUK MENCIBIR!

MENGHINA MENGINJAK-INJAK!

 

DETIK DEMI DETIK, YA KHALIK!

AKU DIPAKSA KELUAR DEMI SUNGUT DAN MINTA EGOIS!

AKU DISIKSA!

PENUH KEGERAMAN!

HINA ENGKAU, HINA MEREKA, HINA SEMUA!

 

A… Aduh… Aduh…

Bebaskan aku, Ya Khalik…

 

Biarkan aku pulang pada cipta yang lain!

 

Aku ingin ada bersama gunung!
Gemuruh riuh sambut embun tangan-Mu!

 

Aku ingin alir bersama air!
Sorak gelora demi langkah indah-Mu!

 

Aku ingin bersama burung-burung!
Kicau tinggi kicau warna, semua agungkan Engkau!

 

A… Aku…

Aku tak mau bersama mereka…

 

A…

Aduh…

 

Bebaskan aku Ya Khalik…

 

 

Bebaskan aku…

 

 

 

 

Terakhir…

 

Ya… Ini terakhir…

 

Pada bejana…

 

Bila tak kunjung engkau berbalik dan meratap.

Gunakan aku ‘tuk tinggikan Dia…

 

Aku bersumpah…

Aku akan datang bersama-Nya…

 

Tidak dalam alunan atau melodi…

Juga tidak dalam nyanyian atau irama…

 

Untukmu, wahai Pengeluh…

 

HANYA ADA GERAM, KERTAK, DAN SAKIT!

 

AKU BERSUMPAH!!!